PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDIA
Perkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat
lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di India. Dari tempat tersebut mulai
menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain di dunia. Agama Hindu tumbuh
bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi,
hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaiber (Kaiber Pass)
pada 2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap)
dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut.
Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang
berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya
bangsa Aria bermata pencaharian sebagai peternak kemudian setelah
menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang
tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa
Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.
Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa
(Polytheisme), dan kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan
asli bangsa Dravida. Oleh karena itu, Agama Hindu yang berkembang sebenarnya
merupakan sinkretisme (percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa
Aria dan bangsa Dravida. Selain itu, istilah Hindu diperoleh dari nama daerah
asal penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/
Hindustan sehingga disebut agama dan kebudayaan Hindu. Terjadi perpaduan antara
budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Daerah
perkembangan pertamanya
Weda diturunkan di India tepatnya di lembah sungai suci Sindhu, kemudian
sampai pada kita di Indonesia melalui beberapa proses atau fase-fase.
1.
Perkembangan Agama Hindu di India pada zaman
Veda
Zaman ini dimulai dan
datangnya Bangsa Arya, + 2500 SM ke India, dengan menempati lembah Sungai
Sindhu yang dikenal dengan nama Punjab (daerah lima aliran sungai).
Bangsa Arya tergolong
ras Indo Eropa yang terkenal sebagai Bangsa yang gemar mengembara tetapi
cerdas, tangguh dan trampil. Selanjutnya pada zaman ini merupakan zaman
mulainya penulisan Wahyu suci yang pertama yaitu Reg Veda. Kehidupan beragama
pada zaman ini didasarkan atas ajaran-ajaran yang tercantum pada Veda Samhita,
yang lebih banyak menekankan pada pembacaan perafalan ayat-ayat Veda secara
oral, yaitu dengan menyanyikan dan mendengarkan secara berkelompok.
Kitab
suci agama Hindu disebut Weda (Veda) artinya pengetahuan tentang agama.
Pemujaan terhadap para dewa-dewa dipimpin oleh golongan pendeta/Brahmana.
Ajaran ritual yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan upacara keagamaan yang
ditulis oleh para Brahmana disebut kitab Veda/Weda yang terdiri dari 4 bagian,
yaitu:
1.
Reg Veda, berisi tentang ajaran-ajaran Hindu,
merupakan kitab tertua (1500-900 SM) kira-kira muncul saat bangsa Aria ada di
Punjab.
2.
Yajur Veda, berisi doa-doa yang dibacakan
waktu diselenggarakan upacara agama, lahir saat bangsa Aria menguasai daerah
Gangga Tengah.
3.
Sama Veda, berisi nyanyian puji-pujian yang
wajib dinyanyikan saat diselenggarakan upacara agama.
4.
Atharwa Veda, berisi kumpulan mantera-mantera
gaib, doa-doa untuk menyembuhkan penyakit. Doa/mantra muncul saat bangsa Arya
menguasai Gangga Hilir.
Disamping itu pada zaman
ini orang-orang Hindu sangat meyakini adanya Dewa-Dewa sebagai manifestasi dan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa antara lain:
a. Dewa Agni
b. Dewa Indra
c. Dewa Rudra
d. Dewa Waruna
2.
Perkembangan Agama Hindu di India pada zaman Brahmana
Jaman ini merupakan awal
munculnya kitab Brahmana yang merupakan bagian dan Veda Sruti yang disebut
Karma Kanda. Kitab ini memuat himpunan doa-doa serta penjelasan upacara korban
dan kewajiban keagamaan. Oleh karena itu keberadaan umat Hindu pada jaman
Brahmana ini didomininasi oleh pelaksanaan upacara keagamaan dalam bentuk
upacara korban.
Unsur-unsur upacara yang
ada dalam kitab Veda dikembangkan secara luas dalam kitab Brahmana. Kalau
dibandingkan dengan zaman Veda umat memohon berkah pada para Dewata melalui
upacara korban, tetapi pada zaman Brahmana kedudukan para Dewa dengan kaum
Brahmana adalah sejajar, Karena keduanya diangap sebagai penentu keberhasilan
upacara korban.
Perkembangan Agama Hindu
pada Jaman Brahmana mi merupakan peralihan dan zaman Veda ke zaman Brahmana.
Kehidupan orang-orang pada zaman mi betul betul berpusat pada keaktifan rohani
terutama dalam bentuk upacara korban.
Secara lengkap ciri-ciri
zaman Brahmana sebagai berikut :
a.
Upacara korban/Yadnya mendominir kegiatan umat Hindu
b.
Para Brahmana menjadi golongan yang paling berkuasa.
c.
Munculnya perkembangan kelompok-kelompok masyarakat yang
sangat tajam dengan berjenis-jenis pasraman
d.
Dewa-Dewa menjadi berkembang fungsinya.
e.
Munculnya bermacam-macam kitab Sutra atau kitab penuntun
pelaksanaan upacara korban.
3.
Perkembangan Agama Hindu di India pada zaman Upanisad
Zaman Upanisad ini
merupakan reaksi terhadap yang terjadi pada zaman Brahmana. Dimana sejalan
dengan berjalannya waktu, Agama Hindu terus berkembang yang meskipun pada
akhirnya umat terpecah mengikuti aliran yang berbeda, yang secara keseluruhan
disebut aliran Nawa Darsana, yaitu enam aliran tergabung dalam kelompok Astika
(kelompok yang masih menerima Veda sebagai kitab suci Agama Hindu) dan tiga
aliran tergabung dalam kelompok Nastika (kelompok yang menolak Veda sebagai
kitab suci Agama Hindu). Aliran Nastika inilah secara otomatis keluar dan Agama
Hindu sedangkan Aliran Astika tetap mengikuti Agama Hindu dan kembali pada Veda
sebagai sumber segalanya bagi umat Hindu secara keseluruhan.
DEWA,KITAB SUCI dan SISTEM KASTA
Dalam
ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu:
1.
Brahma sebagai dewa pencipta segala sesuatu.
2.
Wisnu sebagai dewa pemelihara alam.
3.
Siwa sebagai dewa perusak.
Ketiga
dewa tersebut dikenal dengan sebutan Tri
Murti.
Hindu
mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta tertentu, dan pembagian tugas
atau pekerjaan mereka, yaitu :
1.
Brahmana bertugas mengurus soal
kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta.
2.
Ksatria berkewajiban menjalankan
pemerintahan termasuk pertahanan Negara, terdiri dari raja dan keluarganya,
para bangsawan, dan prajurit.
3.
Waisya bertugas berdagang,
bertani, dan berternak, terdiri dari para pedagang.
4.
Sudra bertugas sebagai petani/
peternak, para pekerja/ buruh/budak, merupakan para
pekerja kasar.
Di
luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan gelandangan.
Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan
masuk dalam golongan kaum Paria seperti bangsa Dravida. Paria disebut juga
Hariyan dan merupakan mayoritas penduduk India.
KEMUNDURAN
AGAMA HINDU
Pada abad ke 6 SM agama
Hindu mengalami kemunduran disebabkan oleh faktor-faktor, yaitu:
1.
Kaum Brahmana yang memonopoli upacara
keagamaan membuat sebagai dari mereka bertindak sewenang-wenang. Contoh: rakyat
dibebankan untuk memberikan korban yang telah ditetapkan.
2.
Sistem
kasta membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahirannya.
Golongan Brahmana merasa berada pada kasta tertinggi dan paling berkuasa
terutama untuk mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu lainnya. Sehingga hal
ini menimbulkan rasa anti agama.
3.
Timbul
golongan yang berusaha mencari jalan sendiri untuk mencapai hidup abadi yang
sejati. Golongan tersebut disebut golongan Buddha yang dihimpun oleh Sidharta.
PERKEMBANGAN AGAMA BUDHA DI INDIA
Agama Budha tumbuh di India tepatnya
bagian Timur Laut. Agama Budha muncul sebagai reaksi terhadap domonisi golongan
Brahmana atas ajaran dan ritual keagamaan dalam masyarakat India. Selain itu
adanya larangan bagi orang awam untuk mempelajari kitab suci. Bahkan sebelumnya
kaum ksatria dan raja harus tunduk kepada Brahmana. Sidharta memandang bahwa
sistem kasta dapat memecah belah masyarakat bahkan sistem kasta dianggap
membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahiran.
Oleh karena itu, Sidharta berusaha
mencari jalan lain untuk mencapai moksa yang kemudian berhasil ia peroleh di
Bodhgaya (tempat ia memperoleh penerangan agung). Pahamnya disebut agama Budha.
Menurut agama Budha kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai setiap orang tanpa
harus melalui bantuan pendeta/ kaum Brahmana.
Sidharta Gautama dikenal sebagai
Budha atau seseorang yang telah mendapat pencerahan. Sidharta artinya orang
yang mencapai tujuan. Sidharta disebut juga Budha Gautama yang berarti orang
yang menerima bodhi.
Tahap awal agama Buddha
Sebelum
disebarkan di bawah perlindungan maharaja Asoka pada abad ke-3 SM, agama Buddha kelihatannya hanya
sebuah fenomena kecil saja, dan sejarah peristiwa-peristiwa yang membentuk
agama ini tidaklah banyak tercatat.
Konsili Buddha
Pertama (abad ke-5 SM)
Konsili pertama Buddha diadakan tidak lama setelah Buddha
wafat di bawah perlindungan raja Ajatasattu dari Kekaisaran Magadha, dan dikepalai oleh seorang rahib bernama Mahakassapa, di Rajagaha. Setelah Buddha wafat timbul
bermacam-macam penafsiran terhadap hakikat ajaran Budha. Perpecahan dalam agama Budha terjadi karena
masing-masing mempunyai pandangan/ aliran sendiri. Diantaranya aliran yang
terkenal yaitu Hinayana dan Mahayana. Tujuan konsili ini adalah untuk
menetapkan kutipan-kutipan Buddha dan mengkodifikasikan hukum-hukum monastik (vinaya).
Konsili Kedua
Buddha (383 SM)
Konsili Kedua
Buddha diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-konflik antara
mazhab tradisionalis yang menyebut diri
mereka sendiri kaum Mahasanghika.
Mazhab-mazhab
tradisional menganggap Buddha adalah seorang manusia biasa yang mencapai
pencerahan, yang juga bisa dicapai oleh para bhiksu yang mentaati peraturan
monastik dan mempraktekkan ajaran Buddha demi mengatasi samsara dan
mencapai arhat. Mereka menganggap
bahwa tujuan untuk menjadi arhat tidak cukup, dan menyatakan bahwa tujuan yang
sejati adalah mencapai status Buddha penuh. Mereka menjadi pendukung peraturan
monastik
Konsili ini
berakhir dengan penolakan ajaran kaum Mahasanghika. Mereka meninggalkan sidang
dan bertahan selama beberapa abad di Indian barat laut dan Asia Tengah.
Dakwah Asoka (+/- 260 SM)
Maharaja Asoka dari Kekaisaran Maurya (273–232 SM) masuk agama
Buddha setelah menaklukkan wilayah Kalingga (sekarang Orissa) di India timur
. Karena menyesali perbuatannya yang keji, sang maharaja ini lalu memutuskan
untuk meninggalkan kekerasan dan menyebarkan ajaran .
Periode ini
menandai penyebaran agama Buddha di luar India. Menurut prasasti dan pilar yang
ditinggalkan Asoka (piagam-piagam
Asoka), utusan dikirimkan ke berbagai negara untuk menyebarkan
agama Buddha
Konsili Buddha
Ketiga (+/- 250 SM)
Maharaja Asoka memprakarsai
Konsili Buddha ketiga sekitar tahun 250 SM di Pataliputra (sekarangPatna). Konsili ini
dipimpin oleh rahib Moggaliputta. Tujuan konsili adalah rekonsiliasi
mazhab-mazhab Buddha yang berbeda-beda, memurnikan gerakan Buddha, terutama
dari faksi-faksi oportunistik yang tertarik dengan perlindungan kerajaan dan
organisasi pengiriman misionaris-misionaris Buddha ke dunia yang dikenal.
Kanon Pali (Tipitaka, atau Tripitaka dalam bahasa Sanskerta, dan secara harafiah berarti
"Tiga Keranjang"), yang memuat teks-teks rujukan tradisional Buddha
dan dianggap diturunkan langsung dari sang Buddha, diresmikan penggunaannya
saat itu.
KITAB
SUCI
Ajaran
agama Budha dibukukan dalam kitab Tripitaka (dari bahasa Sansekerta Tri artinya
tiga dan Pitaka artinya keranjang).
Kitab Tripitaka terdiri atas 3 kumpulan
tulisan, yaitu :
1. Sutta
(Suttanata) Pitaka berisi kumpulan khotbah, pokok-pokok atau dasar ajaran sang
Buddha.
2. Vinaya
Pitaka berisi kodefikasi aturan-aturan yang berkenaan dengan kehidupan pendeta
atau segala macam peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para
pemeluknya.
3. Abhrdharma
Pitaka berisi filosofi (falsafah agama), psikologi, klasifikasi, dan
sistematisasi doktrin
PERKEMBANGAN dan PERPECAHAN dalam AGAMA BUDHA
1. Didukung oleh bahasa yang digunakan adalah
bahasa Prakrit yaitu bahasa rakyat sehari-hari dan bukan bahasa Sansekerta yang
hanya dimengerti oleh kaum Brahmana.
2. Agama
Budha bersifat non-eksklusif, artinya agama Budha bisa diterima siapa saja dan
tidak mengenal pembagian masyarakat atas kasta.
3. Tidak mengenal perbedaan hak antara pria dan
wanita
KEMUNDURAN AGAMA BUDHA
Kemunduran
agama Budha di India disebabkan karena :
1.
Setelah
Asoka wafat (232 SM) tidak ada raja yang mau melindungi dan mengembangkan agama
Budha di India.
2.
Agama
Hindu berusaha memperbaiki kelemahan-kelemahannya sehingga pengikutnya
bertambah banyak.
PROSES MASUKNYA AGAMA HINDU
DI INDONESIA
Pada permulaan tarikh masehi, di
Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya dianggap sudah
tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan
perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung
melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati
India-Cina adalah Selat Malaka.
Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut
Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya.
Pendapat semacam ini disebut Teori Arus
Balik.
masuknya agama Hindu di Indonesia ada 5 teori:
1. Teori Sudra (golongan orang biasa).
Yang mengemukakan
teori ini adalah Von Van Faber. Von Van Faber menyatakan bahwa penyebaran agama
hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta sudra, mereka dianggap sebagai orang-orang buangan
dan hanya hidup sebagai budak sehingga mereka datang ke Indonesia dengan tujuan
untuk mengubah kehidupannya.
2.
Teori Waisya
Teori ini dikemukakan NJ. Krom dan
Mookerjee yang berpendapat; orang India tiba ke Asia tenggara pada umumnya dan
khususnya Indonesia karena berdagang. Pelayaran perdagangan saat itu masih
tergantung sistem angin muson. Sehingga pedagang India terpaksa tinggal di
Indonesia selama beberapa saat untuk menanti bergantinya arah angin. Mereka
banyak menikah dengan penduduk setempat. Keturunan dan keluarga pedagang ini
merupakan awal penerimaan pengaruh India. Tampaknya teori ini mengambil
perbandingan proses penyiaran Islam yang juga dibawa pedagang. Teori ini juga
dibantah ahli lain, karena tidak setiap orang boleh menyentuh kitab Weda.
Ajaran Hindu milik kaum brahmana dan hanya mereka yang memahami kitab Weda.
3.
Teori Ksatria
Teori ini juga disebut teori prajurit
atau kolonisasi yang dikemukakan CC. Berg dan FDK. Bosch. FDK. Bosch
menggunakan istilah hipotesa ksatria. Menurut teori ini, peran utama m
asuknya budaya India ke Indonesia adalah ksatria. Hal ini disebabkan di India terjadi kekacauan politik yaitu perang brahmana dengan ksatria, para ksatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia. Mereka mendirikan kerajaan dan menyebarkan agama Hindu. Pendukung teori ini kebanyakan sejarawan India, terutama Majumdar dan Nehru.
asuknya budaya India ke Indonesia adalah ksatria. Hal ini disebabkan di India terjadi kekacauan politik yaitu perang brahmana dengan ksatria, para ksatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia. Mereka mendirikan kerajaan dan menyebarkan agama Hindu. Pendukung teori ini kebanyakan sejarawan India, terutama Majumdar dan Nehru.
Hipotesis ksatria banyak mengandung kelemahan yaitu tidak
adanya bukti kolonisasi baik di India maupun di Indonesia. Kedudukan kaum
ksatria dalam struktur masyarakat Hindu tidak memungkinkan menguasai masalah
agama Hindu dan tidak nampak pemindahan unsur masyarakat India (sistem kasta,
bentuk rumah, pergaulan dan sebagainya). Tidak mungkin para pelarian mendapat
kedudukan sebagai raja di tempat yang baru.
4.
Teori Brahmana
Teori ini dikemukakan JC. Van Leur,
FDK. Bosch dan OW. Wolters yang berpendapat bahwa orang yang ahli agama Hindu
adalah brahmana. Orang Indonesia/ kepala suku aktif mendatangkan brahmana untuk
mengadakan upacara abhiseka secara Hindu, sehingga kepala suku menjadi
maharaja. Dalam perkembangannya, para brahmana akhirnya menjadi purohito
(penasehat raja).
Teori ini tampaknya dianggap lebih mendekati kebenaran
karena agama Hindu bersifat tertutup, dimana hanya diketahui kalangan brahmana.
Prasasti yang ditemukan berbahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Candi yang ada
di Indonesia banyak ditemukan arca Agastya. Disamping itu brahmana di Indonesia
berkaitan dengan upacara Vratyastoma dan abhiseka.
5. Teori Arus Balik
Teori ini dikemukakan oleh Bosch, yang
dikenal dengan teori Arus Balik. Menurut teori ini, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah mereka yang memiliki
semangat untuk menyebarkan agama Hindu-Budha, yaitu para intelektual yang ikut
menumpang kapal-kapal dagang. Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh
masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya tersebut. Lalu banyak orang
Indonesia sendiri pergi ke India untuk berkunjung dan belajar agama Hindu-Budha
di India. Lalu mereka kembali ke Indonesia dan mengajarkan ilmu yang telah
mereka dapatkan di India kepada masyarakat Indonesia lainnya.
Pengaruh Kebudayaan Hindu Budha Di Indonesia
Masuknya pengaruh unsur kebudayaan
Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan menambah khasanah budaya Indonesia
dalam beberapa aspek kehidupan. Tersebarnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di
Indonesia berpengaruh luas dalam kehidupan masyarakat Indonesia, diantaranya
dalam bidang berikut ini :
1)
Perubahan dalam bidang keagamaan.
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat
diIndonesia telah menganut kepercayaan animism dan dinamisme. Masyarakat mulai
menerima system kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha walaupun tidak
meninggalkan kepercayaan aslinya, seperti pemujaan terhadap roh nenek
moyang.sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut
membawa perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara
pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.
2) Perubahan dalam bidang
politik.
Di bidang politik yang paling nyata adalah
diperkenalkannya sistem pemerintahan oleh orang-orang India. Kedudukan pemimpin
dalam masyarakat nusantara ialah orang yang dituakan oleh sesamanya. Dalam
sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan
wilayah yang luas. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai,
Tarumanegara, dan Sriwijaya.
3) Perubahan dalam bidang
social.
Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan
dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Misalnya dalam masyarakat Hindu
diperkenalkan adanya sistem kasta. Akan tetapi, sistem kasta yang berlaku di
nusantara tidaklah seketat di negara asalnya.
4) Perubahan dalam bidang kebudayaan.
Pengaruh kebudayaan Hindu-budha terlihat dari
hasil-hasil kebudayaan seperti bangunan candi, senisastra, berupa cerita-cerita
epos diantaranya Epos Mahabharata dan Epos Ramayana. terutama berkaitan dengan
penyelenggaraan upacara keagamaan, seperti upacara sesajen, pembuatan relief,
candi serta penggunaan bahasa sansekerta.
.
PENGARUH
DAN WARISAN KEBUDAYAAN HINDU – BUDHA
1) Arsitektur
Arsitektur warisan kebudayaan Hindu – Budha
dapat dilihat dari stupa dan candi. Awalnya stupa dikenal sebagai kuburan kubah
atau bukit makam yang sederhana, kemudian bentuk arsitektur ini menjadi sebagai
bangunan suci bagi umat Budha. Gerbangnya terdapat di empat penjuru mata angin,
biasanya dihiasi dengan gambar-gambar timbul (relief). Adapun candi merupakan
bangunan peninggalan masa lalu yang digunakan untuk memuliakan orang yang telah
meninggal, khusus bagi para raja dan orang-orang terkemuka. Jika kita
memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas
yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya
India-Indonesia.
2)
Seni sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia
membawa kemajuan besar dalam bidang sastra. Seni sastra peninggalan
kerajaan-kerajaan Hindu – Budha ialah tampak dalam penulisan prasasti, kitab
dan kakawin. Prasasti biasanya ditulis untuk memberikan
informasi sehubungan dengan adanya peringatan, perintah, atau keberadaan suatu
kerajaan. Pada masa kerajaan Kutai, informasi itu dipahatkan pada Yupa (tugu
batu). Kitab adalah sebuah karangan tentang kisah, catatan atau laporan suatu
peristiwa. Kitab ditulis dalam lembaran daun lontar. Isi kitab berupa rangkaian
puisi yang terdiri atas beberapa bait, ditulis dalam bahasa yang indah.
Ungkapan dalam puisi itu disebut kakawin. Beberapa kitab yang ditulis misalnya,
Mahabharata, Arjuna Wiwaha, Negarakertagama, dan Sutasoma. Adanya kitab-kitab
itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri.
Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia adalah Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa, Sutasoma
karya Mpu Tantular, dan Negarakertagama
karya Mpu Prapanca
3)
Bahasa.
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan
berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa
Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata
bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu
Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan
sebagainya.
KERAJAAN-KERAJAAN
YANG BERCORAK HINDU-BUDHA DI INDONESIA
·
Kerajaan
Kutai.
·
Kerajaan
Hindu/Buddha di Jawa
·
Kerajaan
Salakanagara (150-362)
·
Kerajaan
Tarumanegara (358-669)
·
Kerajaan
Sunda Galuh (669-1482)
·
Kerajaan
Kalingga
·
Kerajaan
Mataram Hindu
·
Kerajaan
Kadiri (1042 – 1222)
·
Kerajaan
Singasari (1222-1292)
·
Kerajaan
Majapahit (1292-1527)
·
Kerajaan
Malayu Dharmasraya
·
Kerajaan
Sriwijaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar