Selasa, 04 Februari 2014

PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDIA

          Perkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di India. Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermata pencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.
Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida. Oleh karena itu, Agama Hindu yang berkembang sebenarnya merupakan sinkretisme (percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Selain itu, istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustan sehingga disebut agama dan kebudayaan Hindu. Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Daerah perkembangan pertamanya
Weda diturunkan di India tepatnya di lembah sungai suci Sindhu, kemudian sampai pada kita di Indonesia melalui beberapa proses atau fase-fase.

1.       Perkembangan Agama Hindu di India pada zaman Veda
Zaman ini dimulai dan datangnya Bangsa Arya, + 2500 SM ke India, dengan menempati lembah Sungai Sindhu yang dikenal dengan nama Punjab (daerah lima aliran sungai).
Bangsa Arya tergolong ras Indo Eropa yang terkenal sebagai Bangsa yang gemar mengembara tetapi cerdas, tangguh dan trampil. Selanjutnya pada zaman ini merupakan zaman mulainya penulisan Wahyu suci yang pertama yaitu Reg Veda. Kehidupan beragama pada zaman ini didasarkan atas ajaran-ajaran yang tercantum pada Veda Samhita, yang lebih banyak menekankan pada pembacaan perafalan ayat-ayat Veda secara oral, yaitu dengan menyanyikan dan mendengarkan secara berkelompok.
Kitab suci agama Hindu disebut Weda (Veda) artinya pengetahuan tentang agama. Pemujaan terhadap para dewa-dewa dipimpin oleh golongan pendeta/Brahmana. Ajaran ritual yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan upacara keagamaan yang ditulis oleh para Brahmana disebut kitab Veda/Weda yang terdiri dari 4 bagian, yaitu:
1.      Reg Veda, berisi tentang ajaran-ajaran Hindu, merupakan kitab tertua (1500-900 SM) kira-kira muncul saat bangsa Aria ada di Punjab.
2.      Yajur Veda, berisi doa-doa yang dibacakan waktu diselenggarakan upacara agama, lahir saat bangsa Aria menguasai daerah Gangga Tengah.
3.      Sama Veda, berisi nyanyian puji-pujian yang wajib dinyanyikan saat diselenggarakan upacara agama.
4.      Atharwa Veda, berisi kumpulan mantera-mantera gaib, doa-doa untuk menyembuhkan penyakit. Doa/mantra muncul saat bangsa Arya menguasai Gangga Hilir.
Disamping itu pada zaman ini orang-orang Hindu sangat meyakini adanya Dewa-Dewa sebagai manifestasi dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa antara lain:
a.       Dewa Agni
b.       Dewa Indra
c.        Dewa Rudra
d.      Dewa Waruna

2.      Perkembangan Agama Hindu di India pada zaman Brahmana
Jaman ini merupakan awal munculnya kitab Brahmana yang merupakan bagian dan Veda Sruti yang disebut Karma Kanda. Kitab ini memuat himpunan doa-doa serta penjelasan upacara korban dan kewajiban keagamaan. Oleh karena itu keberadaan umat Hindu pada jaman Brahmana ini didomininasi oleh pelaksanaan upacara keagamaan dalam bentuk upacara korban.
Unsur-unsur upacara yang ada dalam kitab Veda dikembangkan secara luas dalam kitab Brahmana. Kalau dibandingkan dengan zaman Veda umat memohon berkah pada para Dewata melalui upacara korban, tetapi pada zaman Brahmana kedudukan para Dewa dengan kaum Brahmana adalah sejajar, Karena keduanya diangap sebagai penentu keberhasilan upacara korban.
Perkembangan Agama Hindu pada Jaman Brahmana mi merupakan peralihan dan zaman Veda ke zaman Brahmana. Kehidupan orang-orang pada zaman mi betul betul berpusat pada keaktifan rohani terutama dalam bentuk upacara korban.
Secara lengkap ciri-ciri zaman Brahmana sebagai berikut :
a.       Upacara korban/Yadnya mendominir kegiatan umat Hindu
b.      Para Brahmana menjadi golongan yang paling berkuasa.
c.       Munculnya perkembangan kelompok-kelompok masyarakat yang sangat tajam dengan berjenis-jenis pasraman
d.       Dewa-Dewa menjadi berkembang fungsinya.
e.       Munculnya bermacam-macam kitab Sutra atau kitab penuntun pelaksanaan upacara korban.

3.      Perkembangan Agama Hindu di India pada zaman Upanisad

Zaman Upanisad ini merupakan reaksi terhadap yang terjadi pada zaman Brahmana. Dimana sejalan dengan berjalannya waktu, Agama Hindu terus berkembang yang meskipun pada akhirnya umat terpecah mengikuti aliran yang berbeda, yang secara keseluruhan disebut aliran Nawa Darsana, yaitu enam aliran tergabung dalam kelompok Astika (kelompok yang masih menerima Veda sebagai kitab suci Agama Hindu) dan tiga aliran tergabung dalam kelompok Nastika (kelompok yang menolak Veda sebagai kitab suci Agama Hindu). Aliran Nastika inilah secara otomatis keluar dan Agama Hindu sedangkan Aliran Astika tetap mengikuti Agama Hindu dan kembali pada Veda sebagai sumber segalanya bagi umat Hindu secara keseluruhan.
           
DEWA,KITAB SUCI dan SISTEM KASTA
            Dalam ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu:
1.      Brahma sebagai dewa pencipta segala sesuatu.
2.      Wisnu sebagai dewa pemelihara alam.
3.      Siwa sebagai dewa perusak.
            Ketiga dewa tersebut dikenal dengan sebutan Tri Murti.

Hindu mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta tertentu, dan pembagian tugas atau pekerjaan mereka, yaitu :
1.      Brahmana bertugas mengurus soal kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta.
2.      Ksatria berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara, terdiri dari raja dan keluarganya, para bangsawan, dan prajurit.
3.      Waisya bertugas berdagang, bertani, dan berternak, terdiri dari para pedagang.
4.      Sudra bertugas sebagai petani/ peternak, para pekerja/ buruh/budak, merupakan para
pekerja kasar.

Di luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan gelandangan. Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk dalam golongan kaum Paria seperti bangsa Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan merupakan mayoritas penduduk India.





KEMUNDURAN AGAMA HINDU

Pada abad ke 6 SM agama Hindu mengalami kemunduran disebabkan oleh faktor-faktor, yaitu:
1.      Kaum Brahmana yang memonopoli upacara keagamaan membuat sebagai dari mereka bertindak sewenang-wenang. Contoh: rakyat dibebankan untuk memberikan korban yang telah ditetapkan.
2.       Sistem kasta membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahirannya. Golongan Brahmana merasa berada pada kasta tertinggi dan paling berkuasa terutama untuk mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu lainnya. Sehingga hal ini menimbulkan rasa anti agama.
3.       Timbul golongan yang berusaha mencari jalan sendiri untuk mencapai hidup abadi yang sejati. Golongan tersebut disebut golongan Buddha yang dihimpun oleh Sidharta.


PERKEMBANGAN AGAMA BUDHA DI INDIA

            Agama Budha tumbuh di India tepatnya bagian Timur Laut. Agama Budha muncul sebagai reaksi terhadap domonisi golongan Brahmana atas ajaran dan ritual keagamaan dalam masyarakat India. Selain itu adanya larangan bagi orang awam untuk mempelajari kitab suci. Bahkan sebelumnya kaum ksatria dan raja harus tunduk kepada Brahmana. Sidharta memandang bahwa sistem kasta dapat memecah belah masyarakat bahkan sistem kasta dianggap membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahiran.
            Oleh karena itu, Sidharta berusaha mencari jalan lain untuk mencapai moksa yang kemudian berhasil ia peroleh di Bodhgaya (tempat ia memperoleh penerangan agung). Pahamnya disebut agama Budha. Menurut agama Budha kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai setiap orang tanpa harus melalui bantuan pendeta/ kaum Brahmana.
            Sidharta Gautama dikenal sebagai Budha atau seseorang yang telah mendapat pencerahan. Sidharta artinya orang yang mencapai tujuan. Sidharta disebut juga Budha Gautama yang berarti orang yang menerima bodhi.

Tahap awal agama Buddha
Sebelum disebarkan di bawah perlindungan maharaja Asoka pada abad ke-3 SM, agama Buddha kelihatannya hanya sebuah fenomena kecil saja, dan sejarah peristiwa-peristiwa yang membentuk agama ini tidaklah banyak tercatat.
Konsili Buddha Pertama (abad ke-5 SM)
Konsili pertama Buddha diadakan tidak lama setelah Buddha wafat di bawah perlindungan raja Ajatasattu dari Kekaisaran Magadha, dan dikepalai oleh seorang rahib bernama Mahakassapa, di Rajagaha. Setelah Buddha wafat timbul bermacam-macam penafsiran terhadap hakikat ajaran Budha. Perpecahan dalam agama Budha terjadi karena masing-masing mempunyai pandangan/ aliran sendiri. Diantaranya aliran yang terkenal yaitu Hinayana dan Mahayana. Tujuan konsili ini adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan Buddha dan mengkodifikasikan hukum-hukum monastik (vinaya).

Konsili Kedua Buddha (383 SM)
Konsili Kedua Buddha diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-konflik antara mazhab tradisionalis  yang menyebut diri mereka sendiri kaum Mahasanghika.
Mazhab-mazhab tradisional menganggap Buddha adalah seorang manusia biasa yang mencapai pencerahan, yang juga bisa dicapai oleh para bhiksu yang mentaati peraturan monastik dan mempraktekkan ajaran Buddha demi mengatasi samsara dan mencapai arhat. Mereka menganggap bahwa tujuan untuk menjadi arhat tidak cukup, dan menyatakan bahwa tujuan yang sejati adalah mencapai status Buddha penuh. Mereka menjadi pendukung peraturan monastik
Konsili ini berakhir dengan penolakan ajaran kaum Mahasanghika. Mereka meninggalkan sidang dan bertahan selama beberapa abad di Indian barat laut dan Asia Tengah.

Dakwah Asoka (+/- 260 SM)
Maharaja Asoka dari Kekaisaran Maurya (273232 SM) masuk agama Buddha setelah menaklukkan wilayah Kalingga (sekarang Orissa) di India timur . Karena menyesali perbuatannya yang keji, sang maharaja ini lalu memutuskan untuk meninggalkan kekerasan dan menyebarkan ajaran .
Periode ini menandai penyebaran agama Buddha di luar India. Menurut prasasti dan pilar yang ditinggalkan Asoka (piagam-piagam Asoka), utusan dikirimkan ke berbagai negara untuk menyebarkan agama Buddha

Konsili Buddha Ketiga (+/- 250 SM)
Maharaja Asoka memprakarsai Konsili Buddha ketiga sekitar tahun 250 SM di Pataliputra (sekarangPatna). Konsili ini dipimpin oleh rahib Moggaliputta. Tujuan konsili adalah rekonsiliasi mazhab-mazhab Buddha yang berbeda-beda, memurnikan gerakan Buddha, terutama dari faksi-faksi oportunistik yang tertarik dengan perlindungan kerajaan dan organisasi pengiriman misionaris-misionaris Buddha ke dunia yang dikenal.
Kanon Pali (Tipitaka, atau Tripitaka dalam bahasa Sanskerta, dan secara harafiah berarti "Tiga Keranjang"), yang memuat teks-teks rujukan tradisional Buddha dan dianggap diturunkan langsung dari sang Buddha, diresmikan penggunaannya saat itu.

KITAB SUCI 

            Ajaran agama Budha dibukukan dalam kitab Tripitaka (dari bahasa Sansekerta Tri artinya tiga dan Pitaka artinya keranjang).
Kitab Tripitaka terdiri atas 3 kumpulan tulisan, yaitu :
1.      Sutta (Suttanata) Pitaka berisi kumpulan khotbah, pokok-pokok atau dasar ajaran sang Buddha.
2.      Vinaya Pitaka berisi kodefikasi aturan-aturan yang berkenaan dengan kehidupan pendeta atau segala macam peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluknya.
3.      Abhrdharma Pitaka berisi filosofi (falsafah agama), psikologi, klasifikasi, dan sistematisasi doktrin

PERKEMBANGAN dan PERPECAHAN dalam AGAMA BUDHA

1.      Didukung oleh bahasa yang digunakan adalah bahasa Prakrit yaitu bahasa rakyat sehari-hari dan bukan bahasa Sansekerta yang hanya dimengerti oleh kaum Brahmana.
2.       Agama Budha bersifat non-eksklusif, artinya agama Budha bisa diterima siapa saja dan tidak mengenal pembagian masyarakat atas kasta.
3.      Tidak mengenal perbedaan hak antara pria dan wanita


KEMUNDURAN AGAMA BUDHA
            Kemunduran agama Budha di India disebabkan karena :
1.      Setelah Asoka wafat (232 SM) tidak ada raja yang mau melindungi dan mengembangkan agama Budha di India.
2.      Agama Hindu berusaha memperbaiki kelemahan-kelemahannya sehingga pengikutnya bertambah banyak.



PROSES MASUKNYA AGAMA HINDU DI INDONESIA

            Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka.
            Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
            masuknya agama Hindu di Indonesia ada 5 teori:

1.      Teori Sudra (golongan orang biasa).
Yang mengemukakan teori ini adalah Von Van Faber. Von Van Faber menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta sudra,  mereka dianggap sebagai orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak sehingga mereka datang ke Indonesia dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya.

2.      Teori Waisya
Teori ini dikemukakan NJ. Krom dan Mookerjee yang berpendapat; orang India tiba ke Asia tenggara pada umumnya dan khususnya Indonesia karena berdagang. Pelayaran perdagangan saat itu masih tergantung sistem angin muson. Sehingga pedagang India terpaksa tinggal di Indonesia selama beberapa saat untuk menanti bergantinya arah angin. Mereka banyak menikah dengan penduduk setempat. Keturunan dan keluarga pedagang ini merupakan awal penerimaan pengaruh India. Tampaknya teori ini mengambil perbandingan proses penyiaran Islam yang juga dibawa pedagang. Teori ini juga dibantah ahli lain, karena tidak setiap orang boleh menyentuh kitab Weda. Ajaran Hindu milik kaum brahmana dan hanya mereka yang memahami kitab Weda.

3.      Teori Ksatria
Teori ini juga disebut teori prajurit atau kolonisasi yang dikemukakan CC. Berg dan FDK. Bosch. FDK. Bosch menggunakan istilah hipotesa ksatria. Menurut teori ini, peran utama m
asuknya budaya India ke Indonesia adalah ksatria. Hal ini disebabkan di India terjadi kekacauan politik yaitu perang brahmana dengan ksatria, para ksatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia. Mereka mendirikan kerajaan dan menyebarkan agama Hindu. Pendukung teori ini kebanyakan sejarawan India, terutama Majumdar dan Nehru.
Hipotesis ksatria banyak mengandung kelemahan yaitu tidak adanya bukti kolonisasi baik di India maupun di Indonesia. Kedudukan kaum ksatria dalam struktur masyarakat Hindu tidak memungkinkan menguasai masalah agama Hindu dan tidak nampak pemindahan unsur masyarakat India (sistem kasta, bentuk rumah, pergaulan dan sebagainya). Tidak mungkin para pelarian mendapat kedudukan sebagai raja di tempat yang baru.

4.      Teori Brahmana
Teori ini dikemukakan JC. Van Leur, FDK. Bosch dan OW. Wolters yang berpendapat bahwa orang yang ahli agama Hindu adalah brahmana. Orang Indonesia/ kepala suku aktif mendatangkan brahmana untuk mengadakan upacara abhiseka secara Hindu, sehingga kepala suku menjadi maharaja. Dalam perkembangannya, para brahmana akhirnya menjadi purohito (penasehat raja).
Teori ini tampaknya dianggap lebih mendekati kebenaran karena agama Hindu bersifat tertutup, dimana hanya diketahui kalangan brahmana. Prasasti yang ditemukan berbahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Candi yang ada di Indonesia banyak ditemukan arca Agastya. Disamping itu brahmana di Indonesia berkaitan dengan upacara Vratyastoma dan abhiseka.

5.      Teori Arus Balik
Teori ini dikemukakan oleh Bosch, yang dikenal dengan teori Arus Balik. Menurut teori ini, yang pertama kali datang ke  Indonesia adalah mereka yang memiliki semangat untuk menyebarkan agama Hindu-Budha, yaitu para intelektual yang ikut menumpang kapal-kapal dagang. Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya tersebut. Lalu banyak orang Indonesia sendiri pergi ke India untuk berkunjung dan belajar agama Hindu-Budha di India. Lalu mereka kembali ke Indonesia dan mengajarkan ilmu yang telah mereka dapatkan di India kepada masyarakat Indonesia lainnya.

           



Pengaruh Kebudayaan Hindu Budha Di Indonesia

Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan. Tersebarnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia berpengaruh luas dalam kehidupan masyarakat Indonesia, diantaranya dalam bidang berikut ini :

1)    Perubahan dalam bidang keagamaan.
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat diIndonesia telah menganut kepercayaan animism dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima system kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan aslinya, seperti pemujaan terhadap roh nenek moyang.sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.

2)   Perubahan dalam bidang politik.
Di bidang politik yang paling nyata adalah diperkenalkannya sistem pemerintahan oleh orang-orang India. Kedudukan pemimpin dalam masyarakat nusantara ialah orang yang dituakan oleh sesamanya. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.

3)   Perubahan dalam bidang social.
Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Misalnya dalam masyarakat Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta. Akan tetapi, sistem kasta yang berlaku di nusantara tidaklah seketat di negara asalnya.

4)   Perubahan dalam bidang kebudayaan.
Pengaruh kebudayaan Hindu-budha terlihat dari hasil-hasil kebudayaan seperti bangunan candi, senisastra, berupa cerita-cerita epos diantaranya Epos Mahabharata dan Epos Ramayana. terutama berkaitan dengan penyelenggaraan upacara keagamaan, seperti upacara sesajen, pembuatan relief, candi serta penggunaan bahasa sansekerta.
.



PENGARUH DAN WARISAN KEBUDAYAAN HINDU – BUDHA

1)      Arsitektur
Arsitektur warisan kebudayaan Hindu – Budha dapat dilihat dari stupa dan candi. Awalnya stupa dikenal sebagai kuburan kubah atau bukit makam yang sederhana, kemudian bentuk arsitektur ini menjadi sebagai bangunan suci bagi umat Budha. Gerbangnya terdapat di empat penjuru mata angin, biasanya dihiasi dengan gambar-gambar timbul (relief). Adapun candi merupakan bangunan peninggalan masa lalu yang digunakan untuk memuliakan orang yang telah meninggal, khusus bagi para raja dan orang-orang terkemuka. Jika kita memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya India-Indonesia.

2)      Seni sastra
              Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra. Seni sastra peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu – Budha ialah tampak dalam penulisan prasasti, kitab dan kakawin. Prasasti biasanya ditulis untuk memberikan informasi sehubungan dengan adanya peringatan, perintah, atau keberadaan suatu kerajaan. Pada masa kerajaan Kutai, informasi itu dipahatkan pada Yupa (tugu batu). Kitab adalah sebuah karangan tentang kisah, catatan atau laporan suatu peristiwa. Kitab ditulis dalam lembaran daun lontar. Isi kitab berupa rangkaian puisi yang terdiri atas beberapa bait, ditulis dalam bahasa yang indah. Ungkapan dalam puisi itu disebut kakawin. Beberapa kitab yang ditulis misalnya, Mahabharata, Arjuna Wiwaha, Negarakertagama, dan Sutasoma. Adanya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia adalah Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa, Sutasoma karya Mpu Tantular, dan Negarakertagama karya Mpu Prapanca

3)      Bahasa.
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.






KERAJAAN-KERAJAAN YANG BERCORAK HINDU-BUDHA DI INDONESIA

·         Kerajaan Kutai.
·         Kerajaan Hindu/Buddha di Jawa
·         Kerajaan Salakanagara (150-362)
·         Kerajaan Tarumanegara (358-669)
·         Kerajaan Sunda Galuh (669-1482)
·         Kerajaan Kalingga
·         Kerajaan Mataram Hindu
·         Kerajaan Kadiri (1042 – 1222)
·         Kerajaan Singasari (1222-1292)
·         Kerajaan Majapahit (1292-1527)
·         Kerajaan Malayu Dharmasraya
·         Kerajaan Sriwijaya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar